Monday, February 28, 2011

aku padamu



Gumbrang gambreng !!!


Sebelum kamu datang



 


Lalu kamu menyuruhku diam


Aku tersenyum diam diam









Hm...sepi ya...??







Aku cinta kamyuuu....
Kamu tersenyum tenang
















tenang...tenang...


.....





.....




.....




.....


.....

 
.....
 
.....
.....



 







Hwuaaaaaaaaahhhhhh....sepiiiii!!!

ayo kita bernyanyi!

 

gumbrang gambreng
gumbrang gambreng!*#?khks/^ihfh#@k xf+xkjf~..

Wuaaaahhhhhhhh...brisiiiiiiiiiiiikkk!!!



PERGI KAMU!!





Faaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakk!!





Lenteng Agung, 10 Agustus 2010

Saturday, February 26, 2011

Indriani Tungka, Anita Rostianti, Ardy Manyen and 9 others like this. (percakapan pagi di lenteng agung)





Wahyu Chandra Kesuma : like this ^^




Otty Widasari : makasih mas wahyu...masih bersedia kaan...?
eh, kaga kerja lo besok? tidur gih. gue mah deket, sekali loncat juga nyampe kantor



Soemantri Gelar  : saya "pulang' lagi tapi sudah tidak sama

Mira Febri Mellya : malam buta, dan para penjaga malam,
siang benderang, di seberang 'hutan'
petang menjingga, kutangkap matahari selatan jakarta di sore hari.
sweet as always.
Otty Widasari : makasih mellee...as sweet as you, always
Otty Widasari ‎: #gelar: bulannya sama, keoong...mbak nana juga tetep sama




Wahyu Chandra Kesuma : Pastinya, mari berbagi kopi & lelucon murahan ^^
Soemantri Gelar : nasib nya beda :: (bebek berkuda = beda)
Otty Widasari ‎#toekoel :haha....kalau gue siap, lo siap dooong di mohak lagi
Otty Widasari : ‎#soemantri: bedana: belahan dada mba nana
Wahyu Chandra Kesuma : Siap gak siap mari siap2

 

Otty Widasari : siiip kul, kayanya udah deket neh. siap cuti kerja dooong...
Otty Widasari : naon bedana gelaaaar?


Soemantri Gelar : mari. hidup yang tak hidup di bataskota
Wahyu Chandra Kesuma : Semoga ada jalannya ^^
Otty Widasari semuanya : amiiiiin.....semuanya tidurrrrr lo semua!!! begadang aja
Wahyu Chandra Kesuma : Hidup pinggir kota!
Otty Widasari : hidup persib!!!!

Soemantri Gelar : amen,. semoga dibuka jalannya sampai ke tengah
Wahyu Chandra Kesuma : di kampung saya ada klub namanya PERSIPASI!    Hidup    Punk Rock!      


Wachyu Ariestya Permana : selalu ingat di lenteng, percakapan tiga kakek saat   membicarakan piala dunia..dan selalu rindu suasana yang tak terbayar oleh apa pun..saat membuka jendela yang kau lihat jemuran orang..
nice lenteng's crew..


Wahyu Chandra Kesuma : Selalu ingat ketika Inggris disuruh pulang Jerman dari Afrika Selatan, Seperti saya sudah seharusnya pulang ke rumah ^^



Soemantri Gelar : lose the ability to distinguish truth from fiction, im,..
tertingal dalam kebahagian dekoratif :P
Otty Widasari : ‎#tukul : siapa tau kuull...dalam waktu deket ada yang gantiin
#gelar: itu proses. kan lo juga menua...di lenteng yang kaga bakal tua cuma bewok doang. toh pulang juga kan .
the ability will be yours
Wahyu Chandra Kesuma : Mantri, coba jgn pakai google translate, membingungkan



 Cetak Diataspita : he he he... saya bacanya di kursi bambu. melihat tiang listrik dan temaram lampu yang sama. seperti ketika saya pertama kali saya duduk di sini.
Soemantri Gelar : bukan google tp lirik lagu
Otty Widasari : anjriiit...tambah banyak aja zombie yang matanya pada   varises(istilahnya helmi nurbaya) kebanyakan begadang
Otty Widasari : gue tau laar
Soemantri Gelar : buat tuklu mba hihi

 

Wachyu Ariestya Permana : kau tak tertinggal teman hanya kurang lari..dan kurang minum mizone..
Otty Widasari : tu kan satu zombie lagi. pada kagak kerja aPa lo besok?

 

Wahyu Chandra Kesuma : Mantri,, ooo lirik lagu kirain lirik sana sini.....
Sugalih,,, plus bantal buluk pastinya
Soemantri Gelar : om aong :: berlinag ai mata membacanya ,. sambil garuk garuk halaman depan kaamar :P
Wahyu Chandra Kesuma : Mantri,,, plus2 nguap bonus siul

 

Eko Ende : like like like.........

 

Cetak Diataspita : kata-kata sudah berjalan seperti running text horisontal malam ini... tp komentar ini kok bergerak vertikal ya... he he he jd kunang2.

 

Cetak Diataspita : lenteng oh lenteng
Soemantri Gelar : malang melenteng, hehe :P membuat geleng-geleng ,.
Wahyu Chandra Kesuma : problem,,, problem,,, access denied,,,, access denied,,,,,,

 

Arti Pijar :
Petang menjingga

Aku terhimpit berjubel manusia
Didalam kereta
Terlewat stasiunnya lalu akhirn
...Naik angkot untuk kesana


Cahyo Wulan Prayogo : untung segera sigap.
karena paruh waktu itu tertutup ribuan kaum pekerja dan sebagainya.
awalnya selamat datang.
berikutnya semoga matang sampai tempat tujuan...


Riezky Andhika Pradana : Tamiya mulai masuk comberan. Pagar Townhouse sudah dirobohkan 2 perempuan. Mungkin sekarang Townhouse itu tak berbeda dengan bronky dan Ramayana nya.


Juve Sand : akan selalu teringat lenteng, walau sebatas dalam kepingan lingkar yang kulihat, suatu saat harapku bersama sore di lenteng yang hangat, suatu saat . .


Young Kadeer :
namun ketika aku pulang dan tak melihat lelaki yang kini sudah menjadi kakek itu, pikiran kian berjubel. Mungkin kakek sudah tidak pernah capek lagi menunggu.
Kuatkan aku. "now or never"
Otty Widasari : ahhhh kadeer sedih banget siih? anak mudah harus cheer fuuuullll...ayo ayooo....now or never. bikin dia bangga!!!! 
Linda Gusnita : hm.....


Klara Isabella Pokeratu : LA = Love Always.yess?


 Ardy Manyen : Raungan kereta di tengah malam, suara motor mobil sepanjang hari, tangisan anak tetangga hingga teriakan mbak Minah. Masa dimana waktu dihabiskan menatap garis cakrawala utara dari lantai 2 dengan segelas Teh Hangat di sisi. Genteng2, kabel listrik, pohon, tembok, penampung air merupakan panorama khas hingga kini. Pembatas kayu jadi sandaran tubuh, sementara hujan adalah kawan. Mimpi2 saya tumbuh pada masa itu...
Otty Widasari : widiiiii...abis jempolin lama amat bikin puisisnya...hahah


Ardy Manyen : Aku kembali meski tak sendiri,,, hehehehe
Otty Widasari : cieeeee...kapan? bertiga?


Otty Widasari : senangnya membuat semua orang berpuisi gembira




Lenteng Agung,
Sejak :
2 November 2010 pukul 2:23 pagi
hingga :
12 Februari pukul 1:09 pagi


diambil dari komen-komen notes: 'Batas kota', di facebook Otty Widasari

Friday, February 25, 2011

tempat tidur






Dari mana datangnya rasa percaya ?
Dari tempat berukuran 120 X 200 sentimeter terdiri dari bebarapa lapisan yang tengahnya berupa pegas besi, semuanya untuk kenyamanan berbaring di atasnya, dilapisi kain penutup berwarna seragam dengan penutup bantal – guling, krem, aneka merah, tapi yang paling sering adalah yang berwarna putih dan kesemuanya polos tanapa motif, dikelilingi lukisan krayon yang sangat feminin tapi ada juga sketsa-sketsa hitam putih yang samasekali tidak feminin, dan semua berbingkai kayu dan tergantung di dinding putih yang beberapa bagiannya sudah somplak plesterannya. 






Di situlah kepercayaan tumbuh dengan sangat perlahan.

Sangat perlahan.






Bagi ‘si percaya 1’, perlahannya seperti bayi manusia yang membutuhkan waktu yang sangat panjang sampai dia bisa melakukan langkah pertamanya.




Bagi ‘si percaya 2’, seperti seseorang yang harus menahan nafasnya selama hitungan tahun, menanti saat terucap kata “ibu” dari bibir si bayi.






Kepercayaan harus melalui proses kompromi berbagi wilayah pribadi dengan hidup –setiap geliat tubuh, setiap rentangan tangan, setiap pejaman mata, setiap irama mimpi,--dengan sangat tidak mudah.





Ada lagi proses lainnya, bertahan untuk tidak meninggalkan tempat terssebut hanya karena terkadang begitu sulitnya kata-kata ‘kompromi’ itu untuk dimengerti apalagi dilakukan.



(karena tidak semua mimpi itu indah,

lagipula siapa yang dapat menyutradarai mimpi selain emosi?)





Lalu, kenapa harus percaya ?


Karena harus berkompromi—bukan dengan ‘siapa’, tapi dengan ‘apa’—yang dikehendaki oleh : bukan ‘kepala’, tapi ‘hati’. Juga oleh dunia yang tidak bisa selalu ditolak.

Lalu, bagaimana cara mudah untuk percaya ?











Tidurlah yang nyenyak, sayang…



 lenteng agung, desember 2004