Wednesday, June 11, 2014

Pada Pernikahan Alit

Aku ingin seperti Teh Alit yang mungil dan cantik




Berdandan seperti putri, mengenakan pakaian indah, bedak dan gincu.




Aku harus menunggu beberapa tahun lagi,




lalu bertemu pangeran yang tampan, dan bersatu di balik selendang. 



Ibu akan menangis, karena puteri akan dibawa pangeran. 


Siapa pangeranku kelak?


Yang kutahu, semua anak lelaki selalu bermain onar...



Berteriak, lagi dan lagi...


Tetap saja berteriak...


Walau sudah berkali-kali diperingatkan.


Aku jadi takut berada jauh dari ibuku...


Lenteng Agung, 11 Juni 2014

Sunday, March 23, 2014

Ooh, Child





Ooh child things are gonna get easier
Ooh child things 'll get brighter
Ooh child things are gonna get easier
Ooh child things 'll get brighter

Peluk Tedi, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Elok dan Pak Adun, Acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Memeluk Tas Bapak, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Elok, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Elok dan Bola, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Someday we'll get it together and we'll get it undone
Someday when the world is much brighter
Someday we'll walk in the rays of a beautiful sun
Someday when the world is much lighter

Elok Binti Sutrisno, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Elok dan Truk, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Elok, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Elok, Kucing dan Payung, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014
Elok Larasati, acrylic on paper, Otty Widasari, 2014

Lenteng Agung, 23 Maret 2014




Thursday, March 13, 2014

Berdansa Bersama Si Iblis

Jika sebuah detail bisa digambarkan dalam satu tarikan nafas, maka konstruksi yang terjadi akan bercerita tentang hidup orang-orang itu, bukan sebuah pengulangan sajarah yang sudah mengalami ribuan kali rekonstruksi.











A tribute to Bela Tarr's Satantango, 1994

Acrylic on paper

Otty Widasari
Pebruari 2014


Monday, March 10, 2014

Tidak Ada Secangkir Kopi Pahit di Atas Meja


Tidak ada secangkir kopi pahit, hanya berbotol-botol bir yang memabukkan, membuat mual, sama seperti idealisme si penyampai pesan yang memuakkan dan yang tidak membuat kenyataan lebih pahit dari pada bayangan cinta yang samar di balik kelambu, saat rasa muak itu tidak lagi harus dimuntahkan karena telah menjadi candu manis, karena mereka berjalan beriringan.
 
Togar

Tidak Ada Kopi

Tidak Ada Kopi 2


Yang Berlari di Balik Jendela

Muntah di Atas Koran

Muntah di Atas Koran 2

Togar, My Togar

Lola di Balik Kelambu

A tribute to Teguh Karya's Secangkir Kopi Pahit, 1985

Akrilik di atas kertas

Otty Widasari
Pebruari 2014